Tuesday, April 21, 2009

depresi distorsi

banyak dilemma dalam menjalani kehidupan bermusik.. contoh kecil yang sering gw dapati adalah sebuah plagiat yang menurut gw itu sbuah kebiasaan turun temurun.. apa mungkin karena kita selalu jadi mahkluk konsumer? lain halnya dengan perpindahan aliran atau genre yang sering terjadi di musik kita, gw gk begitu paham sama hal yang satu ini.. tp menurut gw ini patut di perbincangkan sebab hal ini dapat merubah pola pikir orang banyak.

gw pikir sih semula baik2 saja tapi lama kelamaan semakin banyak orang yang melakukannya..
gw gak tau alasannya apa.. apakah tuntutan hidup? (biar cepet jadi kaya :D), atau ikutan trend? ataukah karena selera musiknya luas? atau karena usia yang menambah sehingga gak energik lagi? atau kah karena sudah depresi sama suara2 distorsi? atau juga karena label udah ikut campur tangan dalam pembuatan lagu? menurut gw itu parah banget suatu pembunuhan karakter.. gmn bisa maju musik keras kita kalo orang2 kreatif di dalamnya di cekokin sm pikiran2 yg bs membuat orang berbuat inkonsisten.. sekali lagi jalanlah dengan pikiranmu bukan dari ide atau masukan orang lain.. depresi distorsi bukanlah suatu hambatan dalam berkarya tapi tergantung bagaimana kita mengembangkannya.

sanggar pesona present Abbas Kiarostami short film

setelah beberapa acara yang diadakan oleh sanggar pesona dengan menampilkan band-band lokal folk, shoegaze palembang, kali ini kumpulan orang-orang kreatif ini kembali menelurkan sebuah ide dengan mengadakan pemutaran film pendek karya abbas kiarostami yang diadakan pada tanggal 18 april kemarin. kenapa dipilihnya film karya abbas kiarostami? "kenapa abbas...hmm...ada point lebih dari film2 persia, dalam hal ini abbas dari iran.. film2iran kebanyakan dibuat dengan sederhana. baik dari segi teknis maupun ide cerita banyaknya regulasi membuat filmmaker tidak dapat berkarya dengan bebas. tapi dilain pihak batasan2 ini justru membuat mereka harus berpikir lebih keras hingga menghasilkan karya yg berbeda"

"Selama ini kita selalu mengkiblatkan film dengan hollywood atau bollywood yang membuat berbeda adalah misi film itu sendiri. hollywood kebanyakan memproduksi film dengan pertimbangan bisnis. film sebagai media hiburan, bukan media ekspresi ataupun edukasi
film2nya abbas kebanyakan sangat puitis,baik dari bahasa maupun gambar.hal2 yg jarang kita nikmati dari film2 hollywood" jelas ricky zulman (salah satu pendiri sanggar pesona)

Kenapa abbas, atau film2 persia, ini bisa jadi pelajaran untuk kita yg ingin memproduksi film2, dalam hal ini filmmaker2 lokal, palembang, bahwa kekuatan cerita dan kesederhaan karya justru bisa dijadikan kekuatan dalam membangun karakter sebuah karya. dan kita bisa memulai bahwa sebuah film tidak semata-mata dibuat untuk sebuah hiburan. ia bisa menjadi media informasi, eksplorasi, edukasi dan tentunya eskpresi.

"bukan berarti bahwa tidak ada karya2 hollywood yg bagus bahkan film salaam bombay dari mira nair, adalah produksi bollywood. sebuah film india yg menurut saya luar biasa, tanpa harus ada nyanyi, tarian, dan pukulan yg bisa mementalkan musuh hingga berputar-putar puluhan meter...." tambah ricky zulman.

Asian Lomography Faces

During April and June 2009, a group exhibition called "Asian Lomography Faces" will be held in the Lomography embassies in Hongkong, Indonesia, Philippines, Singapore, Taiwan and Thailand. A series of photographs were taken by the Lomography embassies in Asia Pacific region, to share their vision of their Lomography teammates, friends and the true Lomographers.

The Exhibition has been opened yesterday at Lomography Embassy Store Indonesia, Jalan Bumi No.17 Mayestik Jakarta Selatan by Lomonesians and some local indie pop bands such as Everybody Loves Irene, The Dying Sirene and Ballads of The Cliche. See more pictures after the jump. dailywhatnot//

(C) bludak on for the scene